Kolaborasi Masyarakat Logo

Kolaborasi Masyarakat

kolmas Volume 1, Issue 1, Page 7-12, 2024
e-ISSN 0000-0000 (registering)
p-ISSN 0000-0000 (registering)
DOI 10.58920/kolmas0101205

ETFLIN Logo
ETFLIN
Public Insight

Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja di SMK Bhakti Kencana Majalaya

Reza Pratama1, Nadia Ushfuri Amini2, Sri Mulyati Rahayu3, Mohamad Isronijaya4, Elli Fitria5, Anna Ikhsan Hidayatullah6

1Program Studi Sarjana Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Bandung 40614, Indonesia; 2Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Bhakti Kencana, Bandung 40614, Indonesia; 3Program Studi Diploma III Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Bhakti Kencana, Bandung 40614, Indonesia; 4Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana, Bandung 40614, Indonesia; 5Program Studi Diploma III Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bhakti Kencana (PSDKU Serang), Bandung 40614, Indonesia; 6Program Studi Pendidikan Profesi Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Bhakti Kencana (PSDKU Tasikmalaya), Bandung 40614, Indonesia

Corresponding: reza.pratama@bku.ac.id (Reza Pratama).

Received: 25 December 2023
Revised: 25 February 2024
Accepted: 16 March 2024
Published: 17 March 2024

Editor: Rasta Naya Pratita

© 2023 by the Authors
Creative Commons License

Keywords: Kekerasan seksual, Dampak internet, Pengabdian masyarakat, Pergaulan bebas
Abstract: The adolescent phase, which is a transition period between childhood and adulthood, creates its own challenges with physical, emotional and social changes. The influence of mass media, especially social media, can lead to negative impacts, including the risk of sexual violence. Using educational and interactive methods, the socialization process involves students from various fields of study to provide vocational students with an understanding of the types of sexual violence, how to avoid it, and positive behavior in social media. The evaluation results through pre and post-tests indicate an increase in students' knowledge after the socialization. A 92% of the students understand that sexual violence can happen to anyone, and 100% of the students comprehend the importance of proper internet etiquette and the risks associated with irresponsible use of social media. From the results, it is evident that this approach is effective in raising students' awareness about the risks of sexual violence and the importance of parents' role in the use of social media.

Pendahuluan

Kekerasan seksual pada remaja, terutama di Indonesia, merupakan isu yang sangat mendesak untuk ditangani. Data menunjukkan bahwa prevalensi kekerasan seksual terhadap remaja, terutama laki-laki, cukup tinggi. Menurut temuan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak pada bulan Januari 2024, kelompok umur 13-17 tahun menunjukkan tingkat kekerasan seksual mencapai 13.7% dari 4081 kasus, dengan korban berjenis kelamin perempuan mencapai 79.9% (1). Di kalangan Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) sederajat, kejadian kekerasan seksual oleh teman kencan mencapai 12.6% (2). Dalam laporan lain, siswa SMA di Kota Bogor mengakui sebanyak 24% pernah mengalami kekerasan seksual baik di rumah ataupun di lingkungan pergaulannya (3). Hal ini menunjukkan eskalasi yang signifikan dalam kasus kekerasan seksual, termasuk pada remaja. Selain itu, perlindungan terhadap korban kekerasan seksual, termasuk remaja, masih minim di Indonesia. Proses peradilan yang panjang dan sulit bagi korban, serta kebijakan yang tidak ramah terhadap perempuan, menjadi hambatan dalam penanganan kasus kekerasan seksual (4). Oleh karena itu, dengan adanya lonjakan kasus kekerasan seksual, terutama pada remaja, serta minimnya perlindungan yang ada, penanganan kekerasan seksual pada remaja, baik laki-laki maupun perempuan, menjadi sangat mendesak dan perlu mendapat perhatian serius.

Untuk mengatasi meningkatnya prevalensi kekerasan seksual di kalangan remaja di Indonesia, khususnya siswa sekolah menengah, metode sosialisasi yang efektif dapat menjadi krusial dalam mencegah insiden-insiden semacam itu (5). Selain itu, mempromosikan saluran komunikasi terbuka antara siswa, guru, dan orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung di mana remaja merasa nyaman membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kekerasan. Mendorong sistem dukungan teman sebaya dan mendirikan ruang aman di dalam sekolah juga dapat memberdayakan siswa untuk berbicara dan mencari bantuan saat dibutuhkan. Mengintegrasikan literasi digital dan pendidikan keselamatan daring ke dalam sosialisasi dapat melengkapi siswa dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menavigasi dunia digital secara bertanggung jawab, mengenali ancaman daring, dan melindungi diri dari kekerasan seksual daring (6).

Berdasarkan alasan diatas, kami melakukan sosialisasi kepada siswa/i SMK Bhakti Kencana Majalaya, yang bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman kepada siswa/i SMK Bhakti Kencana Majalaya mengenai konsep kekerasan seksual, cara menghindarinya, dan sikap yang positif dalam bermedia sosial yang diberikan dalam bentuk diskusi langsung yang interaktif, poster, dan video edukasi di media sosial. Sementara itu, dari segi afektif, diupayakan agar siswa menjadi lebih berhati-hati terhadap perilaku sehari-hari. Pada aspek psikomotor, siswa didorong untuk dapat mengaplikasikan tata cara bergaul yang baik dalam kehidupan sosial maupun di media sosial. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mencegah kekerasan seksual di kalangan remaja khususnya di SMK Bhakti Kencana Majalaya.

Metodologi Pelaksanaan

Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan pada 9 Agustus 2022 di Aula dan Lapangan Sekolah Menengah Kejuruan Bhakti Kencana Majalaya, Kabupaten Bandung. Jawa Barat.

Kegiatan dan Pendekatan Sosialisasi

Pengumpulan tim dari beberapa bidang/fakultas terkait dilakukan oleh ketua tim. Kegiatan ini kemudian diawali dengan penentuan dan penjajakan mitra untuk menunjang fasilitas dan kelancaran acara penyuluhan. Perembungan topik, materi, dan metode penyuluhan kemudian ditentukan bersama sesuai dengan target peserta. Melihat urgensi yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, topik kekerasan seksual dan narasumbernya kemudian dipilih untuk melakukan pemberian materi. Penyuluhan dilakukan menggunakan pendekatan edukatif dan interaktif dimana proses penyuluhan diawali dengan pemberian materi selama 1 jam kemudian diikuti dengan diskusi tanya-jawab dengan durasi yang fleksibel. Penempatan peserta sosialisasi dibuat paralel dengan memisahkan area duduk antara siswa dan siswinya. Sebelum dan setelah diberikan materi, pre-test dan post-test dilakukan menggunakan platform google form untuk mengevaluasi pengetahuan awal dan akhir dari siswa/i. Bentuk soalnya berupa pertanyaan dengan jawaban ganda. Gambar 1 menunjukkan alur singkat dari kegiatan penyuluhan ini.

Kegiatan ini melibatkan sebanyak 176 siswa SMK Kesehatan Bhakti Kencana Majalaya dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 23 dan perempuan 153. Siswa kelas 10 berjumlah 6 orang laki-laki dan 52 perempuan. Siswa kelas 11 terdiri dari 5 orang laki-laki dan 37 perempuan, sedangkan kelas 12 terdiri dari 12 orang laki-laki dan 64 perempuan. Kisaran usia siswa SMK Bhakti Kencana Majalaya adalah antara 17-19 tahun. Siswa yang mengikuti pre-test dan post-test berjumlah 29 orang. Berdasarkan data tersebut, jumlah siswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki di setiap kelasnya.

["Figure", "https://etflin.com/file/figure/202312250416341936504621.jpg", "Gambar 1. Alur pelaksanaan kegiatan penyuluhan dengan topik kekerasan seksual.", "", "90%", "1"]

Analisis Keberhasilan Kegiatan

Nilai pre-test dan post-test digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan kegiatan penyuluhan ini dan dianalisis secara deskriptif yang direpresentasikan dalam bentuk jumlah total atau persentasenya menggunakan aplikasi Microsoft Excel (versi 2019, Microsoft Corporation, USA).

Hasil dan Pembahasan

Hasil studi pendahuluan berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada 29 orang siswa melalui Google Form, didapatkan bahwa 97 % siswa memiliki dan aktif menggunakan media sosial, seperti Instagram, Facebook, Whattapps, Line, Twitter, dan Telegram. Selain itu, sebanyak 79% pernah diajak berkenalan dengan orang yang tidak di kenal di media sosial, 66% siswa pernah bertemu dengan orang yang berkenalan di media sosial, 59% dari siswa bertemu dengan orang tidak di kenal melalui media sosial tanpa di temani siapapun, dan 66% dari siswa belum pernah mendapatkan edukasi tentang kekerasan seksual.

Menganalisis hasil tersebut, media sosial menjadi media berkenalannya siswa SMK dengan orang lain, yang awalnya berkenalan di dunia maya menjadi bertemu di dunia nyata. Perkenalan singkat tersebut dapat berdampak positif, karena semakin bertambah teman dan bisa sharing wawasan jika berteman dengan orang lain yang mengenal tata krama bergaul dan patuh dengan norma sosial yang ada di masyarakat. Namun, itu dapat pula berdampak negatif karena beresiko terjadinya kasus pelecehan seksual pada remaja. Pemberitaan melalui media masa seperti televisi, koran, Instagram, dan lainnya tentang kekerasan seksual seperti pelecehan seksual kepada remaja telah banyak disampaikan. Namun, pengaruh lingkungan pada remaja (7), pengawasan yang kurang dari orang tua (8), dan masa remaja yang sedang mencari identitas diri (9), seringnya mengarahkan anak remaja untuk mengabaikan pemberitaan tersebut, sehingga korban pelecehan seksual pada remaja masih sering terjadi.

Berdasarkan alasan di atas, kami melakukan sosialisasi di SMK Bhakti Kencana Majalaya (lihat Gambar 2), sebagai upaya pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada remaja dengan pemberian edukasi dari beberapa disiplin ilmu yang dimiliki oleh mahasiswa Universitas Bhakti Kencana, yaitu Keperawatan, Farmasi, Kebidanan, dan Keperawatan Anastesi. Kegiatan dibuka oleh Ketua kelompok pengabdian masyarakat dan Kepala Sekolah SMK Bhakti Kencana Majalaya, dilanjutkan dengan kegiatan penyuluhan, dan diakhiri dengan pengisian post-test untuk mengetahui peningkatan pengetahuan pada siswa/i di SMK Bhakti Kencana Majalaya.

["Figure", "https://etflin.com/file/figure/202312250416341356742312.jpg", "Gambar 2. Alur kegiatan sosialisasi. (A) Pembukaan dan foto bersama antara panitia dan peserta, (B) pemberian materi sosialisasi, (C) diskusi interaktif antara peserta dan pemateri, dan (D) pemberian sertifikat ke pemateri.", "", "100%", "1"]

["Table", "Tabel 1. Distribusi jawaban dari evaluasi pemahaman siswa setelah sosialisasi.", "9pt", "1"]

Pertanyaan

Jawaban A (% Pemilih)

Jawaban B (% Pemilih)

Jawaban C (% Pemilih)

Ada berapa jenis kekerasan seksual menurut Komnas Perempuan (diterbitkan di Kompas)

20%

24%

66%

Pada siapa kekerasan seksual dapat terjadi

Pria (0%)

Wanita (8%)

Siapa saja (92%)

Apakah anda menggunakan media sosial?

Ya (97%)

Tidak (3%)

-

Apa hal yang tidak termasuk dalam resiko negatif dari penggunaan media sosial

Menambah pengetahuan (68%)

Kebocoran data privasi atau jadi target pelecehan (28%)

Konsumsi konten negatif (4%)

Bagaimana cara menggunakan media sosial yang baik

Mengajak ketemuan teman baru yang menarik (0%)

Bersikap sopan santun (100%)

Memperkenalkan diri pada siapa saja (0%)

Berikut tujuan dari etika bergaul, kecuali

Tata krama adalah cerminan diri (2%)

Menjaga adab dapat melindungi diri dari pelecehan seksual (6%)

Mengabaikan orang lain ketika berbicara karna sibuk dengan media sosial (92%)

Apa hal negatif yang mungkin dapat terjadi jika bertemu dengan orang yang baru dikenal

Pencurian, penculikan, atau pemerkosaan (100%)

Memperluas jaringan pertemanan (0%)

Menunjang kolaborasi dan karir (0%)

Bagaimana sikap kita sebaiknya kepada orang tua dalam menggunakan media sosial

Terbuka dengan orang tua mengenai aktivitas yang dilakukan di sosial media (86%)

Mengkunci device agar privasi tidak diketahui siapapun (4%)

Menghindari pembicaran sosial dengan orang tua (10%)

Setelah di lakukan pre-test dan post-test, ditemukan peningkatan pengetahuan dengan rata-rata nilai A atau sangat baik (rentang nilai 76-100) berjumlah 50 orang, rata-rata B atau baik (rentang nilai 51-75) berjumlah 23 orang, dan rata-rata C atau berpengetahuan kurang (rentang nilai 26-50) berjumlah 21 orang. Setelah di lakukan post-test, nilai rata-rata A meningkat menjadi 75 orang dan rata-rata B menjadi 29 orang. Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh dari kegiatan sosialisasi sebelumnya dimana pengetahuan siswa terkait pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada siswa meningkat setelah kegiatan dilakukan (5). Distribusi jawaban siswa pada post-test dapat dilihat pada Tabel 1.

Berdasarkan data nilai post-test yang diuraikan pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa sudah memahami bahwa korban pelecehan bisa terjadi pada siapa saja. Semua siswa juga memahami bahwa menggunakan media sosial harus dilakukan secara beradab dan sopan santun. Mereka juga sadar bahwa aktivitas media sosial sebaiknya diceritakan ke orang terdekat khususnya orang tua, apalagi untuk hal yang terkait dengan percakapan privat bersama lawan jenis yang baru dikenal. Hal ini juga dibuktikan dalam studi sebelumnya dimana kekerasan seksual pada remaja terjadi salah satunya akibat dari penggunaan media sosial yang tidak beretika (3). Mereka semua mengetahui bahwa pertemuan dengan orang yang tidak dikenal dapat berujung pada pencurian, penculikan, atau pemerkosaan seperti yang telah dilaporkan pada studi sebelumnya (10). Peningkatan pemahaman dan kesadaran tersebut menunjukkan efektifitas penyuluhan yang telah dilakukan. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya hanya menunjukkan bahwa evaluasi melalui pre-test dan post-test dapat meningkatkan pemahaman dan daya serap materi pada siswa (11). Penggunaan Google Form juga dilaporkan dapat menunjang keberhasilan evaluasi pre-test dan post-test pada siswa, bahkan untuk siswa Sekolah Dasar (SD) (12).

Kesimpulan

Pengetahuan siswa di SMK Bhakti Kencana Majalaya tentang seks dan kekerasan seksual mengalami perbedaan atau peningkatan setelah diberikan edukasi tentang seks dan upaya pencegahan kekerasan seksual. Hal ini terbukti melalui hasil pre-test dan post-test yang menunjukkan efektivitas dari sosialisasi ini.