kolmas Volume 1, Issue 2, Page 33-38, 2025
e-ISSN 3109-0354
p-ISSN
DOI

Dewi Sekar Arum1, Pramesti Fadhila Pamuji Putri1, Firly Maulana Azazi1, Ridho Riyadi1, Imam Prayogo Pujiono1, Arditya Prayogi1, Riki Nasrullah2
1UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan; 2Universitas Negeri Surabaya
Corresponding: arditya.prayogi@uingusdur.ac.id (Arditya Prayogi).
Fenomena bullying di lingkungan pendidikan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk ditangani karena berdampak langsung terhadap kesejahteraan psikologis anak, proses belajar, dan pembentukan karakter generasi muda. Tindakan bullying tidak hanya melukai secara fisik, tetapi juga meninggalkan luka emosional jangka panjang seperti trauma, rendah diri, depresi, hingga keinginan untuk menarik diri dari lingkungan sosial. Dampak ini bahkan dapat berlanjut hingga masa dewasa, baik bagi korban maupun pelaku yang berpotensi mengembangkan perilaku agresif atau antisosial (1). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pencegahan bullying bukan sekadar tanggung jawab individu, tetapi merupakan urgensi sosial dan pendidikan yang harus ditangani secara sistematis di lingkungan sekolah (2).
Kasus bullying di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan sepanjang tahun 2023 dan 2024. Berdasarkan data Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), pada tahun 2024 tercatat 573 kasus kekerasan di lingkungan pendidikan, termasuk sekolah, madrasah, dan pesantren, yang menunjukkan lonjakan dibandingkan 285 kasus pada tahun 2023 (3). Bullying menjadi salah satu bentuk kekerasan tertinggi, terutama di kalangan siswa sekolah dasar dan menengah, menjadikan isu ini sebagai tantangan serius dalam dunia pendidikan (4).
Lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian anak. Sekolah yang aman, nyaman, dan inklusif dapat mencegah terbentuknya perilaku agresif dan mendukung tumbuhnya empati di kalangan siswa (5). Namun, pada praktiknya banyak sekolah dasar menghadapi tantangan dalam mengenali dan menangani bullying. Anak-anak usia sekolah dasar, yang sedang berada pada fase eksplorasi identitas dan interaksi sosial, sering kali tidak menyadari bahwa tindakan seperti ejekan, pengucilan, atau paksaan termasuk dalam kategori bullying (6).
Bullying didefinisikan sebagai tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang oleh individu atau kelompok terhadap seseorang yang dianggap lebih lemah, baik secara fisik, verbal, maupun psikologis. Bentuk bullying ini mencakup berbagai perilaku seperti ejekan, ancaman, pengucilan, hingga kekerasan fisik (7). Dampaknya sangat serius, tidak hanya bagi korban yang mengalami trauma psikologis dan penurunan prestasi akademik, tetapi juga bagi pelaku yang berpotensi mengembangkan perilaku antisosial atau kriminal di masa depan (8). Oleh karena itu, upaya pencegahan bullying menjadi urgensi yang tidak dapat diabaikan di lingkungan pendidikan.
Fenomena bullying tidak hanya terjadi di tingkat nasional, tetapi juga di berbagai daerah, termasuk di Kota Pekalongan. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sepanjang Januari hingga Agustus 2023 terdapat 2.355 kasus pelanggaran perlindungan anak, dengan 837 kasus di antaranya terjadi di lingkungan satuan pendidikan. Sekolah dasar menjadi jenjang dengan tingkat kasus bullying tertinggi, mencapai 26% dari total kasus, diikuti oleh sekolah menengah pertama sebesar 25%. Bentuk bullying yang paling umum meliputi bullying fisik (55,5%), verbal (29,3%), dan psikologis (15,2%) (9). Data tersebut menunjukkan bahwa sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang paling rentan terhadap perilaku bullying.
Kota Pekalongan sendiri menjadi salah satu wilayah yang juga menghadapi tantangan serupa. Berdasarkan laporan Dinas Pendidikan setempat, kasus kekerasan dan perilaku tidak menyenangkan antarsiswa masih sering terjadi di beberapa sekolah dasar, meskipun belum seluruhnya terlaporkan secara resmi. Hal ini menunjukkan bahwa bullying di tingkat daerah memerlukan perhatian dan langkah preventif yang serius dari pihak sekolah, guru, dan masyarakat sekitar (10, 11).
SDN 02 Banjarejo Pekalongan merupakan salah satu sekolah dasar yang berpotensi menghadapi persoalan serupa. Walaupun belum ditemukan laporan kasus bullying yang signifikan, pihak sekolah mengakui adanya perilaku siswa yang kadang mengarah pada tindakan ejekan dan pengucilan, terutama di antara siswa kelas atas. Kondisi ini menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran siswa mengenai perilaku bullying agar mereka dapat memahami batas antara candaan dan tindakan yang menyakiti teman. Oleh karena itu, kegiatan sosialisasi anti-bullying menjadi langkah preventif penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif bagi seluruh siswa (12).
Kurangnya pengetahuan tentang bullying baik di kalangan siswa maupun guru sering menjadi penyebab utama bullying tidak terdeteksi atau tidak tertangani dengan baik. Penelitian menunjukkan bahwa banyak siswa tidak memahami dampak jangka panjang dari tindakan bullying, sementara guru membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam untuk mengenali tanda-tanda bullying dan mengambil tindakan pencegahan yang efektif (13). Data ini menegaskan bahwa masalah bullying di wilayah Pekalongan perlu menjadi perhatian bersama antara sekolah, orang tua, dan masyarakat (14).
Berdasarkan latar belakang tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan edukasi tentang anti-bullying kepada siswa dan guru SDN 02 Banjarejo Pekalongan melalui pendekatan sosialisasi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peserta mengenai bentuk, penyebab, dampak, dan cara pencegahan bullying, sekaligus membentuk karakter siswa yang peduli, menghormati perbedaan, dan berjiwa sosial tinggi.
Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur) Pekalongan sebagai bentuk implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam bidang pengabdian. Fokus kegiatan ini adalah edukasi anti-bullying di lingkungan sekolah dasar, dengan lokasi pelaksanaan di SDN 02 Banjarejo Pekalongan.
Pelaksanaan kegiatan diawali dengan proses identifikasi masalah melalui observasi langsung dan diskusi bersama pihak sekolah (lihat Gambar 1). Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meskipun tidak ditemukan kasus bullying yang signifikan, terdapat perilaku seperti ejekan dan pengucilan yang sering dianggap sebagai candaan di antara siswa. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian siswa belum memahami perbedaan antara bercanda dan tindakan yang dapat menyakiti teman. Berdasarkan temuan tersebut, tim KKN menyusun perencanaan kegiatan yang menyesuaikan materi sosialisasi dengan karakteristik siswa sekolah dasar.
Materi yang disusun meliputi pengertian bullying, bentuk-bentuknya (fisik, verbal, dan psikologis), faktor penyebab, dampak bagi korban maupun pelaku, serta langkah-langkah pencegahan di lingkungan sekolah. Proses perencanaan["Figure", "https://etflin.com/file/figure/202511110809571590970511.jpg", "Gambar 1. Alur pelaksanaan kegiatan sosialisasi anti-bullying di SDN 02 Banjarejo Pekalongan.", "", "70%", "1"]diikuti dengan tahap persiapan, yang mencakup pembuatan media presentasi menggunakan PowerPoint, penyediaan alat peraga, pembuatan video edukatif, serta permainan interaktif untuk menarik perhatian siswa dan memudahkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan.
Kegiatan sosialisasi dilaksanakan pada Kamis, 1 Agustus 2024, di ruang kelas SDN 02 Banjarejo Pekalongan dengan melibatkan 22 siswa kelas V serta pendampingan dari guru kelas. Metode yang digunakan adalah penyuluhan interaktif, yaitu kombinasi antara penyampaian materi, permainan edukatif, dan sesi tanya jawab yang mendorong siswa untuk aktif berdialog. Selama kegiatan berlangsung, siswa diberikan kesempatan untuk mengekspresikan pendapat dan berbagi pengalaman yang relevan dengan topik bullying.
Tahapan terakhir adalah evaluasi kegiatan, yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner sederhana dan pelaksanaan kuis lisan. Evaluasi ini bertujuan untuk menilai sejauh mana peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan serta untuk mengetahui respon mereka terhadap kegiatan sosialisasi yang telah dilaksanakan. Analisis hasil dilakukan secara deskriptif kuantitatif berdasarkan persentase perubahan hasil pre-test dan post-test. Melalui rangkaian kegiatan ini, diharapkan tercipta peningkatan kesadaran dan empati siswa terhadap bahaya bullying sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih aman dan inklusif.
Kegiatan sosialisasi anti-bullying bertema “Stop Bullying” yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN UIN K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur) Pekalongan di SDN 02 Banjarejo Pekalongan pada Kamis, 1 Agustus 2024, memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesadaran dan pemahaman siswa mengenai isu bullying. Kegiatan ini diikuti oleh 22 siswa kelas V SDN 02 Banjarejo Pekalongan yang didampingi oleh guru kelas. Pelaksanaan sosialisasi dilakukan melalui pendekatan penyuluhan interaktif yang menggabungkan pemaparan materi, permainan edukatif, dan sesi tanya jawab agar pesan dapat tersampaikan dengan lebih efektif sesuai dengan usia siswa sekolah dasar (12).
Sebelum sosialisasi dimulai, tim KKN melakukan pre-test untuk mengukur tingkat pemahaman awal siswa mengenai bullying. Hasil pre-test menunjukkan bahwa sekitar 70% dari 22 siswa (atau 15 siswa) belum memahami konsep bullying secara mendalam dan dampak terhadap korban. Sebagian besar siswa menganggap tindakan seperti mengejek atau mengucilkan sebagai hal yang lumrah dan tidak bahaya, tanpa menyadari bahwa hal tersebut termasuk bentuk bullying. Temuan ini menunjukkan bahwa rendahnya pemahaman siswa terhadap bentuk dan dampak bullying dapat berpotensi menumbuhkan perilaku negatif yang tidak disadari, sehingga kegiatan edukasi anti-bullying menjadi langkah preventif yang penting di SDN 02 Banjarejo Pekalongan.
Materi yang disampaikan dalam sosialisasi meliputi pengertian bullying, jenis-jenisnya (fisik, verbal, dan psikologis), faktor penyebab, dampak bagi korban dan pelaku, serta strategi pencegahan. Seluruh materi disajikan secara interaktif melalui media PowerPoint, permainan edukatif, dan sesi diskusi terbuka. Kegiatan ini dirancang untuk menumbuhkan kesadaran dan empati siswa terhadap teman sebaya, sekaligus melatih kemampuan mereka dalam mengenali perilaku yang berpotensi menjadi bullying. Melalui permainan kuis sederhana, siswa diajak mengidentifikasi berbagai bentuk bullying yang sering terjadi di sekolah, yang terbukti mampu meningkatkan antusiasme dan partisipasi mereka (15, 16).
Salah satu fokus utama kegiatan adalah menumbuhkan kemampuan siswa dalam mengenali perbedaan antara tindakan bercanda dan bullying. Siswa memahami bahwa bullying tidak hanya berbentuk kekerasan fisik, tetapi juga dapat terjadi secara verbal melalui ejekan dan hinaan,["Table", "Tabel 1. Hasil pre-test dan post-test pemahaman siswa tentang bullying di SDN 02 Banjarejo Pekalongan.", "8pt", "1", "false"] ["Figure", "https://etflin.com/file/figure/202511110809571441665431.png", "Gambar 2. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi anti-bullying “Stop Bullying” di SDN 02 Banjarejo Pekalongan.", "", "80%", "1"]maupun secara psikologis melalui pengucilan dari kelompok pertemanan. Pemahaman ini penting untuk membentuk sikap empati dan kesadaran sosial pada usia sekolah dasar. Selain itu, siswa juga diberikan penjelasan tentang dampak jangka panjang bullying, seperti penurunan kepercayaan diri, ketakutan berlebihan, hingga kemungkinan pelaku mengembangkan perilaku agresif di masa depan (17).
No. | Aspek yang Diukur | Rata-rata Skor Pre-Test (%) | Rata-rata Skor Post-Test (%) | Peningkatan (%) |
1 | Pemahaman konsep bullying | 62 | 91 | +29 |
2 | Pengenalan bentuk-bentuk bullying | 68 | 94 | +26 |
3 | Dampak bullying terhadap korban/pelaku | 65 | 89 | +24 |
4 | Langkah pencegahan dan penanganan | 60 | 88 | +28 |
Rata-rata keseluruhan | 64 | 91 | +27 | |
Setelah kegiatan sosialisasi selesai, tim KKN melakukan post-test untuk mengukur tingkat pemahaman siswa setelah menerima materi. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan signifikan, di mana lebih dari 90% dari 22 siswa (atau 20 siswa) mampu mengenali berbagai bentuk bullying, memahami penyebab serta dampaknya, dan mengetahui cara-cara pencegahan. Temuan ini menunjukkan bahwa metode penyuluhan interaktif yang diterapkan efektif untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap isu bullying, terutama karena disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan partisipatif, sesuai dengan karakteristik anak usia sekolah dasar. Hasil sebaran jawaban siswa berdasarkan pre-test dan post-test disajikan pada Tabel 1.
Hasil di atas menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada seluruh aspek pemahaman. Sebelum sosialisasi, sebagian besar siswa belum dapat membedakan antara perilaku bercanda dan tindakan bullying, serta belum memahami dampak jangka panjangnya. Setelah kegiatan, hampir seluruh siswa mampu mengidentifikasi bentuk bullying, memahami dampaknya, dan mengetahui langkah-langkah pencegahan yang tepat.
Berdasarkan hasil tersebut, kegiatan sosialisasi interaktif terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai isu bullying. Peningkatan skor rata-rata sebesar 27% menunjukkan bahwa metode penyuluhan dengan permainan edukatif dan diskusi terbuka mampu memperkuat pemahaman siswa secara menyeluruh.
Selain peningkatan pengetahuan, kegiatan ini juga memberikan dampak positif terhadap perubahan sikap siswa. Selama sesi diskusi dan permainan edukatif, siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi dan berani berbagi pengalaman pribadi terkait tindakan ejekan atau pengucilan yang pernah mereka alami (lihat Gambar 2). Guru pendamping juga mencatat adanya perubahan perilaku siswa pasca kegiatan, terutama dalam hal saling menghargai dan membantu teman yang mengalami kesulitan. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan sosialisasi tidak hanya meningkatkan aspek kognitif siswa, tetapi juga membangun kesadaran emosional dan sosial yang lebih kuat (18).
Pembahasan lebih lanjut mengungkapkan bahwa faktor lingkungan memiliki peran besar dalam memicu perilaku bullying. Berdasarkan diskusi dengan siswa dan guru, ditemukan bahwa perilaku bullying di SDN 02 Banjarejo Pekalongan umumnya dipicu oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya menghormati perbedaan. Pengaruh media sosial dan tontonan yang tidak mendidik juga turut berkontribusi terhadap munculnya perilaku agresif pada anak (19, 20). Oleh karena itu, kegiatan ini juga menekankan pentingnya peran keluarga dan guru dalam membentuk karakter anak yang empatik dan menghargai sesama.
Siswa juga diajak memahami dampak negatif bullying bagi korban maupun pelaku. Korban dapat mengalami trauma emosional, ketakutan, dan penurunan prestasi akademik, sedangkan pelaku berisiko mengembangkan perilaku agresif yang bisa berlanjut hingga dewasa (21). Melalui diskusi dan refleksi bersama, siswa diajak untuk berpikir kritis terhadap konsekuensi tindakan mereka serta belajar menumbuhkan empati terhadap teman yang menjadi korban. Pendekatan ini diharapkan dapat membangun lingkungan sekolah yang lebih harmonis dan saling menghargai.
Hasil evaluasi melalui kuesioner dan kuis lisan menunjukkan bahwa siswa kini lebih mampu mengenali tindakan bullying dan mengetahui cara melaporkannya kepada guru atau orang tua. Mereka juga memahami pentingnya bersikap asertif, seperti menolak ajakan untuk ikut melakukan bullying dan mendukung teman yang menjadi korban. Peningkatan kesadaran ini menjadi indikator keberhasilan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh tim KKN UIN Gusdur Pekalongan, sekaligus menjadi langkah awal dalam menciptakan budaya sekolah yang bebas dari bullying.
Secara keseluruhan, kegiatan sosialisasi anti-bullying di SDN 02 Banjarejo Pekalongan pada 1 Agustus 2024 memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kesadaran siswa tentang pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan bebas dari bullying. Dengan pendekatan interaktif dan melibatkan siswa secara aktif, kegiatan ini terbukti efektif dalam membangun pemahaman dan sikap positif terhadap isu bullying. Ke depannya, diharapkan sekolah dapat melanjutkan program serupa secara berkala agar tercipta budaya sekolah yang mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat bertema “Stop Bullying” yang dilakukan oleh mahasiswa KKN UIN K.H. Abdurrahman Wahid (Gusdur) Pekalongan di SDN 02 Banjarejo Pekalongan berhasil memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan bullying di kalangan siswa sekolah dasar. Sosialisasi yang melibatkan 22 siswa kelas 5 ini dilaksanakan dengan pendekatan penyuluhan interaktif melalui penyampaian materi, permainan edukatif, dan sesi tanya jawab. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan pemahaman siswa, di mana 70% siswa yang sebelumnya belum memahami konsep bullying kini meningkat menjadi lebih dari 90% setelah kegiatan.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode penyuluhan interaktif efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa mengenai bullying. Kegiatan ini juga berkontribusi dalam membentuk sikap empati, asertivitas, dan rasa tanggung jawab sosial di kalangan siswa. Ke depannya, diharapkan pihak sekolah dapat melanjutkan kegiatan serupa secara berkelanjutan, baik melalui program pembinaan karakter maupun edukasi anti-bullying, agar tercipta lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan bebas dari bullying.