Hindari pasteurisasi ASI jika ingin perkembangan anak baik
ASI, sering disebut sebagai makanan sempurna alamiah untuk bayi, adalah sumber nutrisi penting dan senyawa bioaktif yang esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Salah satu protein bioaktif penting yang terdapat dalam ASI adalah osteopontin.
Abd. Kakhar Umar
Friday, 13 October 2023
ETFLIN original image generated by AI
Namun, penelitian terbaru memberikan pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana proses pasteurisasi dan penyimpanan ASI dapat secara signifikan memengaruhi konsentrasi osteopontin.
Apa itu pasteurisasi?
Pasteurisasi adalah proses pemanasan yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen dan mengurangi aktivitas enzim dalam suatu cairan, seperti susu atau jus, dengan tujuan untuk meningkatkan keamanan pangan dan memperpanjang masa simpan. Proses ini juga bisa disebut metode pengawetan dan dinamai sesuai dengan ilmuwan Prancis, Louis Pasteur, yang pertama kali mengembangkan teknik ini pada abad ke-19.
Beberapa ibu dengan kondisi hiperlaktasi, memiliki ASI yang berlebihan, terkadang mengambil dan menyimpan ASI-nya sebagai stok untuk diberikan ke bayi di waktu mendatang. Agar masa simpan ASI tersebut bisa lebih lama, pasteurisasi atau penyimpanan dalam kulkas kadang dilakukan. Namun, tahukah anda dampak dari proses pengawetan tersebut terhadap Osteopontin dalam ASI dan pada anak?
Apa itu Osteopontin?
Osteopontin adalah suatu protein yang terdapat dalam berbagai jaringan tubuh manusia, termasuk dalam tulang, susu, darah, dan urin. Protein ini memiliki banyak peran biologis yang penting, dan namanya berasal dari fungsinya dalam membentuk dan mempertahankan jaringan tulang (dari bahasa Yunani, "osteo" berarti tulang, dan "pontin" berarti jembatan).
Osteopontin dikenal sebagai glikoprotein fosforilasi tinggi, yang berarti protein ini mengandung banyak gugus fosfat dan gula. Fungsi osteopontin sangat beragam dan mencakup peran dalam proses-proses biologis seperti pengaturan mineralisasi tulang, respons imun, penyembuhan luka, dan adhesi sel. Beberapa fungsi utama osteopontin meliputi:
Mineralisasi Tulang: Osteopontin membantu mengatur penyebaran mineral seperti kalsium dan fosfat yang penting untuk kepadatan dan kekuatan tulang.
Respons Imun: Osteopontin berperan dalam merangsang respons kekebalan tubuh, termasuk respons peradangan dan perlindungan terhadap infeksi.
Penyembuhan Luka: Osteopontin membantu dalam proses penyembuhan luka dengan mengatur migrasi sel dan pembentukan jaringan parut.
Adhesi Sel: Protein ini memainkan peran dalam pengikatan dan penggabungan sel-sel, serta membantu sel berinteraksi dengan matriks ekstraseluler di lingkungan sekitarnya.
Melihat pentingnya peran Osteopontin pada pertumbuhan bayi, penting untuk menjaga kadarnya dalam ASI.
Temuan yang menarik dari dampak pasteurisasi pada kadar Osteopontin dalam ASI
Sebuah studi komprehensif telah menyelidiki efek pasteurisasi holder, metode yang umum digunakan untuk menghilangkan bakteri berbahaya dan memastikan keamanan susu, terhadap konsentrasi Osteopontin dalam ASI manusia. Para peneliti memperoleh sampel ASI beku dari berbagai donor dan menganalisis tingkat Osteopontin sebelum dan sesudah proses pasteurisasi.
Temuannya sangat menggugah. Studi ini mengamati bahwa rata-rata konsentrasi osteopontin dalam ASI beku dari satu donor adalah sekitar 54 μg/mL. Namun, setelah sampel melalui pasteurisasi Holder, rata-rata konsentrasi osteopontin menurun sekitar 60% menjadi 20 μg/mL. Selain itu, banyak sampel tidak menunjukkan adanya osteopontin yang terdeteksi setelah menjalani proses pasteurisasi ini, artinya osteopontin benar-benar hilang atau rusak.
Bayi prematur vs. bayi normal
Penelitian lebih lanjut mengungkap perbedaan penting dalam konsentrasi osteopontin berdasarkan apakah ibu melahirkan bayi prematur atau normal. ASI dari ibu bayi prematur menunjukkan konsentrasi osteopontin yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu bayi normal. Ini mungkin merupakan respon dari tubuh sang ibu agar pertumbuhan bayi prematurnya bisa tetap normal dan gizinya tercukupi.
Namun, pasca-pasteurisasi, penurunan konsentrasi osteopontin lebih besar pada sampel ASI bayi prematur dibandingkan dengan ASI bayi normal.
Lalu apa solusinya?
Dalam studi tersebut, proses pengawetan ASI dilakukan dengan pembekuan atau pasteurisasi, serta kombinasi kedua proses tersebut. Menariknya, urutan pembekuan dan pasteurisasi dalam preservasi ASI memainkan peran penting dalam pelestarian osteopontin. Ketika ASI menjalani pembekuan lalu diikuti pasteurisasi Holder, konsentrasi osteopontin mengalami penurunan berkisar antara 35% hingga 58%. Yang mencolok adalah jika pasteurisasi dilakukan sebelum pembekuan maka penurunan kadar osteopontin akan sangat signifikan, bahkan bisa hilang.
Berdasarkan studi tersebut, kita dapat menarik kesimpulan bahwa pengawetan ASI sebaiknya dimulai dengan menyimpan ASI dalam suhu dingin saja (tetapi tidak juga dibekukan). Ketika ingin memberikannya pada bayi, pemanasan dilakukan cukup pada suhu rendah dan singkat hingga layak untuk diberikan pada bayi. Penyimpanan pada kulkas saja dapat mempertahankan kualitas ASI selama 3-5 hari.
Dikutip dari: McClanahan, K.G., Reese, J., Weitkamp, JH. et al. Effects of pasteurization on osteopontin concentrations in human breastmilk. Pediatr Res (2023). https://doi.org/10.1038/s41390-023-02838-1