Home > News > Puasa Ramadan Tingkatkan Autophagy: Kunci Kesehatan Seluler dan Metabolisme?

id

Puasa Ramadan Tingkatkan Autophagy: Kunci Kesehatan Seluler dan Metabolisme?


Penelitian menunjukkan bahwa ibadah puasa Ramadan selama 30 hari dapat memicu peningkatan autophagy, sebuah proses kunci dalam menjaga kesehatan seluler dan metabolisme tubuh sehingga berpotensi memberikan manfaat kesehatan bagi individu yang menjalankan puasa.

Abd. Kakhar Umar
Tuesday, 11 March 2025

Puasa Ramadan Tingkatkan Autophagy: Kunci Kesehatan Seluler dan Metabolisme?

Gambar dibuat dengan AI

Puasa Ramadan, ibadah menahan diri dari makan dan minum dariSubuh hingga Maghrib yang dijalankan oleh umat Muslim di seluruh dunia, ternyata memiliki dampak menarik pada tingkat seluler tubuh. Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Molecular Biology Research Communications tahun 2025 menyelidiki efek puasa Ramadan selama 30 hari terhadap jalur autophagy dan hasil kesehatan metabolisme pada individu sehat. Hasilnya menunjukkan bahwa puasa ini dapat memicu proses penting dalam tubuh yang dikenal sebagai autophagy, yang berperan dalam menjaga kesehatan seluler dan metabolisme.

Apa Itu Autophagy dan Mengapa Penting?

Autophagy, yang secara harfiah berarti "memakan diri sendiri," adalah mekanisme alami dalam sel di mana komponen sel yang rusak, tidak terlipat, atau tidak dibutuhkan lagi dipecah dan didaur ulang. Proses ini penting untuk menjaga homeostasis seluler, menghilangkan patogen, dan menyediakan metabolit penting bagi sel, terutama saat terjadi kekurangan nutrisi seperti saat puasa. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan autophagy dengan umur panjang dan peningkatan resistensi terhadap stres.

Efek Puasa Ramadan pada Autophagy: Studi Terbaru Mengungkap Peningkatan

Penelitian ini melibatkan 50 subjek sehat berusia 20-78 tahun, yang terbagi menjadi kelompok puasa (24 orang) dan non-puasa (26 orang). Para peneliti mengukur berbagai parameter biokimia, hematologi, inflamasi, serta penanda autophagy dalam serum dan sel darah tepi mononuklear (PBMC) peserta di akhir bulan Ramadan.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa poin penting terkait autophagy dan puasa Ramadan:

  • Peningkatan Ekspresi Gen Beclin-1: Kelompok yang berpuasa menunjukkan peningkatan signifikan dalam ekspresi gen Beclin-1 di PBMC. Beclin-1 dikenal sebagai penanda utama inisiasi atau permulaan proses autophagy. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa puasa Ramadan dapat memicu langkah awal autophagy dalam sel.
  • Penurunan Level LC3β dan p62: Meskipun inisiasi autophagy meningkat, level protein LC3β dan p62 di PBMC menurun pada kelompok puasa. LC3β dan p62 adalah penanda yang terlibat dalam pembentukan autophagosome dan aliran autophagy. Penurunan ini mungkin menunjukkan peningkatan degradasi komponen seluler melalui autophagy atau regulasi hilir dari proses tersebut.
  • Peningkatan Serum Beclin-1 pada Wanita: Menariknya, wanita yang berpuasa menunjukkan tingkat Beclin-1 serum yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan wanita yang tidak berpuasa. Perbedaan kadar estrogen antara pria dan wanita diduga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perbedaan ini dalam penanda autophagy.
  • Tidak Ada Efek Merugikan pada Parameter Kesehatan Umum: Penelitian ini juga mencatat bahwa puasa Ramadan tidak menimbulkan efek merugikan pada parameter biokimia, hematologi, dan inflamasi secara keseluruhan. Satu-satunya perbedaan signifikan adalah peningkatan kadar BUN (blood urea nitrogen) pada kelompok puasa, yang mungkin terkait dengan perubahan metabolisme protein selama pembatasan makan.

Implikasi bagi Kesehatan dan Metabolisme

Temuan ini menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat menjadi pemicu autophagy dalam tubuh. Peningkatan autophagy selama periode pembatasan makanan ini dapat membantu sel untuk mempertahankan homeostasis dengan mendaur ulang komponen yang rusak dan menghasilkan energi. Hal ini berpotensi memberikan manfaat kesehatan, terutama dalam mengkompensasi pengurangan energi dan metabolit vital saat berpuasa.

Penelitian sebelumnya juga mendukung gagasan bahwa puasa dan pembatasan kalori dapat meningkatkan autophagy. Intermittent fasting (puasa intermiten), termasuk puasa Ramadan, telah dikaitkan dengan berbagai manfaat kesehatan, termasuk peningkatan sensitivitas insulin, pengelolaan berat badan, dan penurunan risiko penyakit tertentu.

Kesimpulan dan Penelitian Lebih Lanjut

Studi ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana puasa Ramadan dapat memengaruhi proses autophagy dalam tubuh manusia. Meskipun hasilnya menjanjikan, para peneliti menekankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme lengkap dan dampak jangka panjang dari puasa Ramadan terhadap autophagy dan kesehatan secara keseluruhan. Penelitian di masa depan diharapkan dapat menganalisis gen-gen ATG (autophagy-related genes) dan mengukur protein penanda autophagy menggunakan metode lain seperti immunoblotting untuk memberikan bukti yang lebih kuat.

Dengan demikian, puasa Ramadan tidak hanya memiliki dimensi spiritual, tetapi juga berpotensi memberikan manfaat bagi kesehatan seluler dan metabolisme melalui aktivasi jalur autophagy.

Dikutip dari: Dastghaib, S., Siri, M., Rahmani-Kukia, N., Heydari, S. T., Pasalar, M., Zamani, M., Mokaram, P., Bagheri-Lankarani, K. Effect of 30-day Ramadan fasting on autophagy pathway and metabolic health outcome in healthy individuals. Molecular Biology Research Communications, 2025; 14(2): 115-127. doi: 10.22099/mbrc.2024.50105.1978

Tags:

Manfaat puasa Intermittent fasting Homeostasis seluler Metabolisme saat puasa

We Revolutionize Sciences, We Publish Sciences, We Are Scientist

ETFLIN

Become Our Reviewer

Join us in shaping the future of scholarly research and making a meaningful contribution to academia.

Newsletter

Receive any update from us

Connect with us

Please reach us on our social media below.
ETFLIN Social ETFLIN Social ETFLIN Social ETFLIN Social ETFLIN Social ETFLIN Social
© 2015 - 2025 ETFLIN (Palu, Indonesia)